Jan 9, 2012

* Kilas balik 2011 Manuskrip Epos La Galigo sebagai Memory of the World

Selama ini naskah-naskah tua berupa manuskrip kuno yang tersebar di museum-museum Eropa masih kurang dipublikasikan. Naskah atau manuskrip yang berasal dari Indonesia yang jelas adalah milik Indonesiai menjadi daya tarik utama dan menjadi andalan bagi museum-museum yang ada di Eropa yang memilikinya. Sehingga banyak hasil-hasil penelitian dan membuahkan tulisan baik artikel atau buku. Yang semuanya banyak bersumber dari manuskrip yang berasal dari Indonesia yang menjadi keleksi di berbagi museum di Eropa. Diantara negara-negara Eropa mungkin saat ini Belanda adalah negara yang memiliki beberapa museum dengan koleksi manuskrip berasal dari Indonesia.

Diantara ribuan lembar koleksi manuskrip yang ada di beberapa museum Belanda, yang paling menarik perhatian adalah manuskrip kuno kitab epos I La Galigo yang berasal dari masyarakat Sulawesi Selatan. Naskah ini sekarang merupakan bagian dari koleksi naskah-naskah Indonesia dari the Netherlands Bible Society, yang diberikan hak permanen ke Koninklijk Instituut voor Taal- Land- en Volkenkunde Leiden Perpustakaan Universitas Leiden sejak tahun 1905-1915 di Belanda. Manuskrip ini masih tersimpan rapi seperti dan menjadi salah satu naskah tua yang paling dijaga dan sangat berharga.




Sekelumit mengenai Kitab Epos I La Galigo bagi masyarakat Sulawesi Selatan merupakan epos yang menceritakan asal usul peradaban masyarakat Sulawesi umumnya dan khususnya Sulawesi bagian Selatan. Epos berkaitan dengan berbagai etnis yang ada di daratan Sulawesi sehingga masih dapat ditemukan di tengah lapisan masyarakat di Sulawesi khususnya di propinsi Sulawesi Selatan mensakralkan epos ini dan ada pula menganggap ini merupakan kitab suci selain itu ada pula menganggap epos ini hanya sebuah karya sastra karena isinya hanya mitos. Namun terpenting kisah I La Galigo bisa di temui di hampir seluruh jazirah Sulawesi namun kisah ini lebih banyak ditemukan di bagian Selatan pulau Sulawesi Selatan khususnya di masyarakat etnis Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja., dalam hal ini epos I La Galigo memberikan gambaran keterkaitan bahwa etnis yang ada memiliki hubungan kuat dengan keterkaitan memiliki satu leluhur yang sama. Inilah membuat I La Galigo bukan milik etnis tertentu di Sulawesi melainkan milik semua dan untuk saat ini adalah milik masyarakat Indonesia.

Perjalanan kitab ini sungguh panjang hingga menjadi salah satu koleksi perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal- Land- en Volkenkunde Leiden di Belanda. Epos I La Galigo di tulis ulang seorang wanita Bangsawan Bugis Makassar yang bernama Collie Puji Arung Pancana Toa yang merupakan Arung (Raja) didaerah Tanete yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Barru di Propinsi Sulawesi Selatan. Keinginan Collie Puji menulis ulang adalah hasil dorongan seorang misionaris dan juga seorang peneliti Antropolog asal Belanda yakni Dr.B.F Mathees. Dalam kegiatan misionarisnya di sertai penelitiannya B.F Mathees berupaya mengumpulkan lagi lembaran-lembaran lain dari Epos I La Galigo yang tersebar di kalangan masyarakat di Sulawesi Selatan.

Manuskrip Epos I La Galigo hingga saat ini diperkirakan terkumpul 6000 Halaman atau 300.000 baris teks serta diperkirakan masih ada ratusan hingga ribuan masih tersebar di tengah masyarakat selain itu telah banyak mengalami kerusakan atau hilang, namun untuk melihat secara dekat epos ini masih bisa dijumpai beberapa lembar di Museum La Galigo Makassar.

Saat ini Epos I La Galigo menjadi salah satu Epic terpanjang di Dunia yang dapat disejajarkan dengan epos terpanjang dunia lainnya seperti Epos Mahabarata dan Ramayana dari India, Shahmane peninggalan persia (Iran), dan epos peradaban Yunani. Hal inilah membuat La Galigo diadaptasi ke dalam seni pentas yang di sutradarai oleh Robert Wilson sebelumnya oleh Rhoda Grauer .
Pementasan I La galigo menjadi pertunjukkan opera di mulai pada tahun 2004 di Asia, Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Epos I La galigo menjadi kebanggaan tersendiri, begitu banyak kita mengenal epos atau epic dari luar Indonesia ketimbang epos yang berasal dari Indonesia. Sulit bagi kita untuk mengharuskan manuskrip epos I La Galigo pulang kampung ke tanah kelahirannya di Indonesia, faktor utama adalah perawatan yang membutuhkan biaya cukup tinggi, dan peralatan penunjang untuk membuat manuskrip tidak rusak atau hancur. Kondisi suhu di Indonesia menjadikan epos ini sulit untuk kembali pulang dan di Museum Leiden Belanda sendiri memberikan ruangan khusus dan selalu mengawasi suhu dan temperatur ruangan tersebut. Di satu sisi kesulitan untuk mengembalikan epos ini kembali pulang adalah kemampuan khususnya Pemerintah untuk memberikan perhatian dan perawatan yang khusus.

Di akhir tulisan ini sebuah ungkapan simpati untuk mengucapkan selamat kepada manuskrip Epos I La Galigo yang telah menjadi salah satu Memori Dunia yang tercatat di UNESCO Memory of the World Register. UNESCO adalah salah satu lembaga di bawah naungan PBB mempunyai program yang disebut UNESCO Memory of the World Register yang dimulai pada tahun 1992. Kegiatan ini adalah bentuk kepedulian dunia untuk menjaga warisan berupa hasil-hasil dokumenter terhadap kerusakan baik sengaja atau pun tidak disengaja oleh manusia atau pun rusak karena pengaruh bencana, iklim dan cuaca. Kegiatan ini melestarikan dan mempromosikan warisan berupa peninggalan dari hasil dokumenter dari masa lalu, yang dapat menjadi dokumen dianggap penting dalam sejarah umat manusia. Sebuah permata indah dari bagian timur Indonesia telah menjadi milik dunia.
Manuskrip Epos La Galigo koleksi Koninklijk Instituut voor Taal- Land- en Volkenkunde Leiden secara resmi Pada tanggal 25 Mei 2011, tercatat dalam Memory of the World, dan di dalam surat resminya UNESCO menegaskan bahwa manuskrip Epos I La Galigo terdaftar sebagai memori dunia dan sangat luar biasa bernilai.

Selain epos I La Galigo ucapan selamat juga ditujukan kepada Karya Sastra Jawa, Babad Diponegoro dan Mak Yong dari Riau sebagai Memory of the World di tahun 2011. Tulisan ini hanya merupakan wujud keprihatinan dengan 3 mutiara dari Indonesia yakni Epos I La Galigo, Babad Diponegoro dan Mak Yong dari Riau karena tidak menjadi hal yang menarik dan memiliki antusiasme tinggi baik di pemerintah atau di masyarakat, pada dunia jurnalistik pun sangat sedkit mengulas baik di media cetak atau pun media elektronik pada tahun 2011, hanya beberapa situs internet yang sempat menyajikan pemberitaan ini namun sayang minim komentar walaupun sebelumnya kita tidak perlu menulis REG SPASI KE NOMOR 0*** untuk mendukung ketiganya agar masuk Memory of the World.


Nor Sidin (Ambo Uphex)




Sumber bacaan :

Nirwan Ahmad Arsuka, La Galigo, Odisei, Trah Buendia , KOMPAS Edisi Millenium 1 Januari 2000, Jakarta ( link : http://passompeugi.blogspot.com/2011/11/la-galigo-odisei-trah-buendia.html )
Sureq Galigo, http://id.wikipedia.org/wiki/Sureq_Galigo
Leiden University Library, http://en.wikipedia.org/wiki/Leiden_University_Library
Andi Zainal Abidin, The I La Galigo Epic Cycle of South Celebes and its diffusion
Cristian Pelras, Manusia Bugis, Nalar 2006, Jakarta





--

1 komentar:

nursingstikes said...

thank add me Good blog, bartering links, chat box, follow http://stikeshealthnurse.blogspot.com
http://healthyhumanhealth.blogspot.com
Sorry my information real and get dollar, free: passive income USA chat: http://birejji.com/index.php?key=51219
http://paysnork.com/?ref=nurse
writing articles to the dollar: http://id.shvoong.com/aff-A7133/
social networks like Facebook can dollar: http://peoplestring.com/?u=nurse007
get hundreds of followers of only a few days: http://twiends.com/me/dollar1978
pengisi ATM Halal dan di dapat dari aktifitas anda pada ATManda sendiri,seperti tranferdll ): http://www.uangbalik.in/?id=81786661
dapat rupiah bayar upgrate pilih paket dapat uang langsung dikirim ke rekening anda tanpa minta pembayaran ( banyangkan setiaphari ): http://gold-profit4u.com/?reff=nurse
dapat Hp Galaxy: http://kuisonlineberhadiah.com/?id=nurse

Post a Comment